top of page

Photo Story

Search

"Kattobokko" Sebuah Tradisi Rasa Syukur

  • Writer: Rahma Saja
    Rahma Saja
  • Mar 15, 2018
  • 1 min read

Pagi hari,usai serangkaian tahapan rembuk bersama antara para pemangku adat dan masyarakat menentukan hari pelaksanaan panen perdana secara adat di Balla Lompoa. Masyarakat berkumpul menuju sawah tanah adat kerajaan (Torannu) membawa anai-anai (Katto) untuk mengikuti upacara adat tahunan ”Katto Bokko” sebagai bentuk rasa syukur atas panen raya padi jenis "Ase Lapang". Padi Varietas lokal yang telah dibudidayakan secara turun temurun oleh pewaris Kerajaan (Karaeng) Marusu sejak sekitar abad ke-15.

Sedikit demi sedikit masyarakat secara sukarela memadati petak sawah seluas sekitar satu hektar itu. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua, baik laki-laki dan perempuan dari berbagai kalangan sosial turun bersama mengumpulkan padi berbulu ini menggunakan 'pakkatto'. Keberadaan sawah kerajaan ini menjadi acuan, sebelum ritual ini dilaksanakan, sawah-sawah yang berada di sekitar dan dalam kawasan adat Marusu tidak dibolehkan memanen, begitupun saat tanam tiba.


Suasana pagi di sawah itu benar-benar ramai. masyarakat terlihat saling berbaur dan gotong royong memotong padi, mengumpulkan, ada pula yang memilah. Inilah inti dari ritual Katto Bokko . Ditengah kebersamaan dan silaturahmi terlihat jelas proses transformasi nilai warisan budaya kepada generasi muda yang terlibat.


Setelah hasil panen terkumpul berupa gulungan padi "bakko" besar diikat menggunakan rotan, kemudian akan dihiasi dan diarak oleh puluhan pria dengan mengenakan baju adat tradisional menuju Balla Lompoa. Arak-arakan di sambut dengan prosesi adat oleh Pemangku Adat Kerajaan Marusu, Andi Abdul Waris Karaeng Sioja yang di saksikan jajaran masyarakat adat dan tamu undangan kerajaan diiringi alunan musik tradisional.




Prosesi adat panen raya belum berakhir, padi yang terkumpul kemudian akan disimpan di Balla Lompoa sebagai suguhan tamu kerajaan, acara adat serta hari besar. Dan beberapa diantaranya disimpan kembali sebagai bibit di upacara adat musim tanam selanjutnya atau disebut "Appalili".



 
 
 

Comments


All images and materials are copyright protected and are the property of Rahma Saja. Please contact for permissions.

  • White Facebook Icon
  • White Instagram Icon
bottom of page